Socioeconomic 📊

Realitas Bisnis Jurnal Akademik yang Lebih Menguntungkan dari Google dan Apple

Saya sering mengajak pembaca untuk merenungkan kembali bagaimana dunia ini bekerja. Jika kita melihat sejarah panjang peradaban manusia, ilmu pengetahuan selalu dianggap sebagai api suci yang menerangi kegelapan. Dari Galileo hingga Einstein, narasi yang kita percayai adalah bahwa sains bergerak demi kemajuan umat manusia semata. Namun, jika kita menyingkap lapisan romantis tersebut dan melihat struktur […]

Socioeconomic 📊

Tiga Langkah Keluar dari Jebakan Demografi

Saya tahu apa yang mungkin Anda rasakan setelah membaca analisis kita sejauh ini. Mungkin terasa berat. Kita berhadapan dengan anak muda yang sulit mendapat kerja, 90% dari kita bekerja tanpa jaminan pensiun, dan negara kita terancam “menjadi tua sebelum menjadi kaya” dalam skenario “Jebakan Pendapatan Menengah”. Rasanya seperti sebuah takdir yang suram. Tapi saya di

Socioeconomic 📊

Resesi Geopolitik: Saat Dunia Sibuk Perang Dagang, Pertarungan Indonesia Ada di Dalam Negeri

Kalau kita perhatikan berita beberapa tahun terakhir, rasanya dunia sedang tidak baik-baik saja. Ada perang tarif antara kekuatan besar, rantai pasok global yang kacau, dan konflik yang meletus di berbagai penjuru. Kita mungkin berpikir, inilah ancaman terbesar bagi perekonomian dan bisnis di Indonesia. Logikanya sederhana: jika dunia sedang ‘sakit’, kita pasti ikut tertular. Tapi apa

Socioeconomic 📊

Pahlawan (Bukan) Tanpa Tanda Jasa

Sepanjang sejarah modern, kita telah membingkai profesi pendidik dengan satu narasi utama: pengabdian. Kita memberi mereka gelar mulia, “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Namun, tanpa kita sadari, label ini telah berevolusi menjadi belenggu psikologis. Sebuah belenggu yang menciptakan ekspektasi sosial bahwa guru harus berkorban, “ikhlas”, dan—secara implisit—menerima kondisi finansial yang pas-pasan. Hasilnya? Kita berhadapan dengan sebuah

Socioeconomic 📊

Pendidik Bukan Beban

Selama puluhan tahun, perdebatan kita tentang pendidikan terjebak pada satu narasi yang sama: kesejahteraan pendidik. Kita berdebat soal gaji, tunjangan, dan status. Namun, kita mungkin sedang menanyakan pertanyaan yang salah. Masalah sebenarnya bukanlah sekadar “gaji rendah”. Masalah sebenarnya adalah kegagalan imajinasi. Kita masih memandang pendidik—baik itu guru di pelosok desa maupun profesor di universitas ternama—sebagai

singapore, marina barrage, singapore landmark, nature, singapore river, blue sky, clouds, scenery, grass, people, playing, sitting, standing, talking, singapore flyer, building, city
Socioeconomic 📊

Membedah DNA Evolusi Pendidikan Singapura

Selama puluhan tahun, dunia melihat papan skor pendidikan global—PISA, TIMSS—dan selalu menemukan satu nama yang sama di puncak: Singapura. Banyak negara mencoba meniru, mengirim delegasi, membeli buku teks, dan mengadopsi kurikulum. Hasilnya? Nyaris selalu gagal. Mengapa? Karena mereka salah fokus. Mereka mencoba menyontek produk—seperti “Singapore Math”—tanpa memahami mesin yang menghasilkannya. Kesuksesan Singapura bukanlah tentang satu

A lively university library scene with students studying diligently at wooden desks.
Socioeconomic 📊

Universitas Pengajaran vs. Universitas Riset

Beberapa waktu terakhir, kita disuguhkan berita panas: biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) meroket, bahkan muncul skandal pinjaman online (pinjol) untuk membayar kuliah. Banyak yang marah dan bingung. Mengapa biaya untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa” tiba-tiba terasa seperti transaksi komersial yang mencekik? Jawabannya, ironisnya, tidak terletak pada keserahan rektorat. Akar masalahnya jauh lebih dalam dan sistemik. Tanpa

Socioeconomic 📊

Analisis Sejarah dan Warisan Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara

Setiap bangsa yang dijajah selalu menghadapi satu pertanyaan fundamental: merdeka itu apa? Apakah sekadar mengusir penjajah secara fisik, atau sesuatu yang lebih dalam? Pada awal abad ke-20, di Hindia Belanda, jawabannya mulai terbentuk. Kemerdekaan sejati bukanlah soal teritorial, tapi soal dekolonisasi pikiran. Dan senjata untuk itu bukanlah senapan, melainkan sekolah. Tapi, tidak sembarang sekolah. Inilah

Socioeconomic 📊

Ijazah Bukan Lagi Tiket Emas

Kita hidup dalam sebuah keyakinan yang diwariskan dari orang tua kita: pergilah ke sekolah, dapatkan nilai bagus, raih gelar sarjana, dan hidupmu akan terjamin. Selama hampir seabad, narasi ini adalah cetak biru utama untuk mobilitas sosial, sebuah kontrak sosial tak tertulis antara individu dan negara. Pendidikan adalah mesin yang dirancang untuk mengangkat jutaan orang dari