A lively university library scene with students studying diligently at wooden desks.
Socioeconomic 📊

Universitas Pengajaran vs. Universitas Riset

Beberapa waktu terakhir, kita disuguhkan berita panas: biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) meroket, bahkan muncul skandal pinjaman online (pinjol) untuk membayar kuliah. Banyak yang marah dan bingung. Mengapa biaya untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa” tiba-tiba terasa seperti transaksi komersial yang mencekik? Jawabannya, ironisnya, tidak terletak pada keserahan rektorat. Akar masalahnya jauh lebih dalam dan sistemik. Tanpa […]

Socioeconomic 📊

Analisis Sejarah dan Warisan Taman Siswa Ki Hadjar Dewantara

Setiap bangsa yang dijajah selalu menghadapi satu pertanyaan fundamental: merdeka itu apa? Apakah sekadar mengusir penjajah secara fisik, atau sesuatu yang lebih dalam? Pada awal abad ke-20, di Hindia Belanda, jawabannya mulai terbentuk. Kemerdekaan sejati bukanlah soal teritorial, tapi soal dekolonisasi pikiran. Dan senjata untuk itu bukanlah senapan, melainkan sekolah. Tapi, tidak sembarang sekolah. Inilah

EdTech 💡

Dari Belajar Permukaan ke Deep Learning

Selama beberapa dekade, lanskap pendidikan nasional kita beroperasi layaknya sebuah pabrik yang efisien. Tujuan utamanya jelas: mencetak keseragaman. Metrik keberhasilannya adalah kemampuan siswa untuk mereproduksi informasi yang sama persis, yang kita kenal sebagai hafalan (rote learning). Kita berkali-kali mencoba mereformasi pabrik ini. Kita mengganti mesinnya—mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, beralih ke Kurikulum Tingkat

Two children interacting with a digital screen in a classroom setting, learning through technology.
Technology & Society 🌐

Saat Silicon Valley dan AI Membutuhkan Anak Humaniora

Selama puluhan tahun, kita terutama di Indonesia, hidup dalam sebuah sistem yang membagi manusia menjadi dua kotak besar sejak usia 16 tahun: “Anak IPA” dan “Anak IPS”. Anak IPA dianggap sebagai masa depan: para insinyur, dokter, dan ilmuwan. Mereka objektif, kuantitatif, dan memegang kunci “kemajuan”. Anak IPS, di sisi lain, mengurus hal-hal yang lebih “lunak”:

EdTech 💡

Visi Prof. Abdul Mukti dalam Menavigasi Era AI dan “Brain Rot”

Selama beberapa dekade, cetak biru sistem pendidikan kita dirancang seperti sebuah pabrik: siswa masuk, diberi instruksi yang seragam (hafalkan fakta ini, kerjakan soal itu), dan diharapkan keluar dengan stempel “lulus”. Fokus kita adalah pada kuantitas—seberapa banyak materi yang bisa kita ‘transfer’ ke dalam kepala siswa. Kini, model pabrik itu di ambang kebangkrutan. Kita hidup di

Technology & Society 🌐

Manusia, Identitas, dan Mesin: Mengapa Kita Kehilangan Rasa Memiliki

Selama puluhan ribu tahun, Homo sapiens bertahan hidup bukan karena kita yang terkuat atau tercepat. Kita bertahan hidup karena kita adalah primata sosial yang tak tertandingi. Kemampuan kita untuk membentuk ikatan, membangun suku, dan percaya pada cerita yang sama adalah senjata rahasia kita. Kebutuhan akan “rasa memiliki” (belonging) tertanam dalam DNA psikologis kita. Tanpanya, nenek

EdTech 💡

Evolusi Pedagogis & Aplikasi Universal dari Computational Thinking

Selama berabad-abad, kita mendefinisikan kecerdasan manusia dan kemampuannya untuk berpartisipasi dalam peradaban melalui tiga keterampilan inti: membaca, menulis, dan berhitung. “3 R” (Reading, Writing, ‘Rithmetic) adalah fondasi yang tak tergoyahkan dari pendidikan. Kuasai ketiganya, dan Anda siap menaklukkan dunia. Namun, di abad ke-21, fondasi ini diam-diam telah bergeser. Sebuah literasi keempat telah muncul, dan ia

Technology & Society 🌐

Agenda 2030 (SDGs): Evolusi Sains di Era Polikrisis

Pada tahun 2015, umat manusia mungkin melakukan eksperimen paling ambisius dalam sejarahnya. Sebanyak 193 negara mengadopsi Agenda 2030, sebuah cetak biru kolektif yang terdiri dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Ini bukan sekadar daftar harapan; ini adalah upaya spesies kita untuk beralih dari manajemen krisis yang reaktif menjadi desain masa depan yang proaktif. Namun, saat

EdTech 💡

Education 5.0: Saat Mesin Pintar, Manusia Harus Semakin Manusiawi

Selama ribuan tahun, model pendidikan manusia cukup sederhana: transfer pengetahuan. Generasi yang lebih tua memberi tahu generasi yang lebih muda apa yang harus dipercaya, cara berburu, cara bertani, atau cara menghitung. Ini adalah era Masyarakat 1.0 (Berburu) dan 2.0 (Agraris), di mana pendidikan bersifat informal, berbasis observasi, atau terstruktur sederhana di sekitar ajaran agama. Kemudian,

Interior view of Microsoft office with logo on wooden wall in Brussels, Belgium.
Tech Profiles 👤

Logika Bill Gates dalam Menaklukkan Pasar dan ‘Men-debug’ Planet

Kita cenderung melihat sejarah dalam kotak-kotak yang rapi. Ada era komputer pribadi, lalu era internet, dan sekarang mungkin era kecerdasan buatan. Kita juga melakukan hal yang sama pada tokoh-tokohnya. Ada Bill Gates sang perintis teknologi, dan ada Bill Gates sang filantropis global. Namun, cara pandang ini keliru. Ini bukan dua orang yang berbeda. Ini adalah