EdTech 💡

Kurikulum IB Bukan Sekadar Gengsi Sekolah Mahal

Sering kali kita melihat sekolah internasional dengan kacamata sinis: benteng gading bagi anak-anak orang kaya, tempat di mana Bahasa Inggris lebih fasih diucapkan daripada Bahasa Indonesia, dan biaya SPP-nya setara harga mobil kecil. Namun, jika kita mengupas lapisan kemewahan itu, kita akan menemukan sebuah ironi sejarah yang mengejutkan. Kurikulum IB (International Baccalaureate) tidak diciptakan untuk […]

Tech Profiles 👤

Bukan Sekadar Orang Kaya: Mengapa Elon Musk Terobsesi Menyelamatkan Kesadaran Manusia?

Saya sering menatap langit malam dan bertanya pada diri sendiri, apakah cerita manusia akan berakhir di Bumi saja? Sejarah membuktikan bahwa setiap peradaban besar akhirnya runtuh, entah karena perang, bencana alam, atau kehabisan sumber daya. Namun, di era kita hidup sekarang, ada satu sosok yang menolak menerima takdir itu. Sosok itu adalah Elon Musk. Banyak

Smiling grandfather and granddaughter enjoying media on a smartphone at home.
Technology & Society 🌐

Bukan Salah Gen Z: Membongkar Mitos Konflik Antar-generasi Lewat Kacamata Sejarah

Saya sering mendengar keluhan di warung kopi atau ruang rapat kantor. Generasi tua mengeluh anak muda terlalu lembek dan sensitif. Sementara anak muda merasa generasi tua terlalu kaku dan tidak peka pada kehancuran dunia. Rasanya seperti menonton film yang sama diputar berulang-ulang. Kita sering mengira ini hanyalah masalah “komunikasi” atau “sopan santun”. Namun, setelah menelusuri

Tech Profiles 👤

Bagaimana Google Merancang Ulang Peradaban (1995-2025)

Bayangkan sejenak tumpukan mainan Lego berwarna-warni. Merah, kuning, biru, hijau. Bagi kebanyakan kita, itu hanyalah sisa kenangan masa kecil yang tersimpan di gudang. Namun, cobalah memutar waktu kembali ke tahun 1996, menembus dinding sebuah kamar asrama sempit dan berantakan di Universitas Stanford. Di sana, di antara kabel yang berseliweran dan aroma kopi basi, tumpukan balok

Tech Profiles 👤

Ada Lovelace: Sang Penulis Algoritma Komputer Pertama di Dunia

Sering kali kita berpikir bahwa era digital dimulai ketika Steve Jobs memperkenalkan iPhone, atau mungkin saat komputer raksasa pertama dinyalakan di pertengahan abad ke-20. Tapi, bagaimana jika saya katakan bahwa benih dari semua teknologi yang kita pegang hari ini sebenarnya sudah ditanam jauh sebelumnya, di tengah kabut asap mesin uap era Victoria? Saya selalu tertegun

EdTech 💡

Evolusi Gaya Belajar: Dari Mitos Label Menuju Revolusi Adaptabilitas Otak

Saya sering teringat masa-masa sekolah dulu. Di setiap kelas, selalu ada pemandangan yang sama. Ada teman yang buku catatannya penuh warna-warni spidol agar bisa paham. Ada teman yang kerjanya melamun sambil mendengarkan guru karena baginya suara lebih bermakna dari tulisan. Dan tentu saja, ada si “pengacau” yang tidak bisa diam, kakinya terus mengetuk lantai seolah

Socioeconomic 📊

Realitas Bisnis Jurnal Akademik yang Lebih Menguntungkan dari Google dan Apple

Saya sering mengajak pembaca untuk merenungkan kembali bagaimana dunia ini bekerja. Jika kita melihat sejarah panjang peradaban manusia, ilmu pengetahuan selalu dianggap sebagai api suci yang menerangi kegelapan. Dari Galileo hingga Einstein, narasi yang kita percayai adalah bahwa sains bergerak demi kemajuan umat manusia semata. Namun, jika kita menyingkap lapisan romantis tersebut dan melihat struktur

EdTech 💡

Evolusi Panjang Perdagangan Kelas di Era Digital

London, 1728. Bayangkan Anda berdiri di pinggir jalan yang berkabut dan becek. Di tangan Anda, ada secarik koran Boston Gazette yang tintanya masih basah. Mata Anda tertuju pada sebuah iklan kecil yang mencolok: Tuan Caleb Philipps menawarkan pelajaran “Shorthand” (menulis cepat) yang dikirimkan setiap minggu lewat kuda pos. Jantung Anda berdegup kencang. Di tengah kehidupan

EdTech 💡

Dari Gua ke VR: Revolusi Immersive Learning

Darah, keringat, dan adrenalin. Itulah kurikulum nenek moyang kita 50.000 tahun yang lalu. Bayangkan seorang pemburu muda di sabana Afrika. Dia tidak mempelajari cara melacak singa dengan duduk manis di dalam gua sambil mendengarkan ceramah tetua suku selama empat jam. Tidak ada papan tulis, tidak ada buku teks. Dia belajar dengan mempertaruhkan nyawanya: mengamati patahan

Technological Evolution ⚙️

Gamifikasi Berbasis AI Mengubah Cara Otak Manusia Belajar dan Beradaptasi

Dulu, saya sering bertanya-tanya mengapa kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam bermain video game tanpa merasa lelah, tetapi merasa sangat tersiksa hanya dengan duduk 15 menit mendengarkan ceramah di kelas. Apakah karena kita malas? Saya rasa bukan. Masalahnya bukan pada otak kita, melainkan pada desain sistemnya. Selama berabad-abad, kita terjebak dalam model pendidikan “pabrik”. Satu kurikulum